nih si Arista bakat jadi penulis beneran deh, pinter banget mendeskripsikan cerita, mpe prembem-prembem baca ceritanya... :D
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setetes peluh
meluncur dari kening pualamku. Jakarta sore ini, masih sama seperti hari-hari
berikutnya. Macet,..macet..dan macet. Kupalingkan pandanganku ke luar kaca
jendela bus yang kutumpangi. Tampak pemandangan pria paruh baya sedang
menggendong anak gadisnya yang masih balita,gadis cilik itu berkuncir
dua,tampak riang dalam gendongan ayahnya yang juga terus merekahkan senyum.
Pemandangan itu mengingatkanku pada masa kecilku.
Tanpa sadar air
mataku menetes. Bapak…aku kangen sama Bapak….T_T
Bapakku yang
teramat kucintai, meninggalkanku sebulan yang lalu karena penyakit komplikasi yang
dideritanya. Hancur hatiku saat itu, belum sempat aku membanggakannya, belum cukup aku membalas
semua jasanya padaku, tapi, bapak kesayanganku sudah lebih dulu dipanggilNya.
Yaaahh…mungkin Allah lebih menyayangi Bapak dibanding aku mencintai beliau.
Sekuat hati aku
mencoba ikhlas atas kepergian beliau,meski dalam hatiku aku masih sangat
membutuhkannya, aku masih haus kasihnya, masih rindu segala wejangannya, rindu
kebiasaannya yang mengelus lembut rambut panjangku. Bapaaakk…aku mencintai
bapak lebih dari laki-laki manapun dalam hidupku.
Kuusap sekali
lagi cairan bening yang meleleh di kedua pipiku, khayalanku menerawang ke kota
kelahiranku, kota tercintaku, kota Jepara. Memori tentang bapakku berkelebat
bagaikan film yang diputar di bioskop.
Bapakku yang
biasanya gagah, bapakku yang biasanya kuat, yang selalu menggendongku sewaktu kecil dulu, kini
tergeletak tak berdaya di ranjang. Air mataku tak terbendung lagi, aku bersimpuh
di sampingnya, kucium tangan tua di genggamanku itu dengan berurai air mata.
“Bapak,aku
pulang..”bisikku lirih, Bapak tak bisa lagi berkata-kata, dia membalas genggaman
tanganku dengan lemah, cairan bening turun dari kedua belah matanya. Cahaya itu masih sama, sejuta cinta
untukku, putrinya.
“Bapak, jika memang
bapak pengen pergi, aku ikhlas Bapak, aku memang pengen bapak meyaksikan akad nikahku
lusa, itu impian Bapak. Tapi, kalo memang bapak udah gak kuat dan pengen pergi, sepenuh hati
aku sudah ikhlas, yang penting bapak gak sakit lagi. ”kataku terbata-bata di
sela tangisanku. Bapak hanya tersenyum lemah.
Innalillahi wa inna ilaihi Roji’un, 25 Mei 2014, selepas subuh, bapakku
menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tak bisa
kuungkapkan hancurnya hatiku saat itu, lusa adalah pernikahanku. Bapakku memimpikan hal
itu setiap waktu, menikahkan anak gadisnya. Menyerahkanku pada laki-laki yang tepat, laki-laki yang
akan menggantikan perannya. Tapi, sebelum keinginannya terwujud bapak telah lebih
dulu dipanggil. Selamat jalan Bapak…
Dan hari itu pun
tiba, pecah semua tangis sahabat-sahabatku saat ijab qobul dilaksanakan. Laki-laki
saleh yang mengencaniku selama 4 tahun itu mengucapkan ijab qobul dengan lancar
dan khitmat. Tanpa sadar aku berbisik kepada sahabatku.
“Bapak pasti
disini kan Say, bapak pasti menyaksikan semua ini kan say? Bapak pasti sekarang
sudah sangat berbahagia” ucapku dengan senyum yang merekah di bibir mungilku.
“Iya sayangku,
Bapakmu disini, menyaksikan semua ini. Jangan sedih lagi, Bapak udah bahagia
disana, kan sekarang kamu udah dapat gantinya, udah ada yang gantiin
peran Bapakmu untuk menjagamu, Suamimu, yahh..meskipun memang gak akan pernah sama.
Aku tersadar
dari lamunanku ketika kondektur meneriakkan tempat tujuanku, aku telah
sampai, aku bergegas turun dari bus yang kutumpangi.
Bapak,…
Semoga Bapak
bisa mendengar anakmu.
Lihat bapak, aku sekarang
bahagia. Aku punya suami yang begitu sayang padaku, dia yang bisa
menggantikan sosok bapak, meskipun memang Bapak gak akan pernah terganti.
Aku janji, aku akan jaga
ibu dan adik dengan baik, seperti yang sering bapak katakan, aku anak tertua, jadi aku harus
bisa dijadikan contoh dan bisa diandalkan.
Bapak…
Berbahagialah di
sisihNya seperti aku bahagia disini, tenanglah dalam istirahat panjangmu Bapak.
Terima kasih
atas semua pelajaran hidup yang Bapak berikan padaku, terima kasih untuk kasih
sayangmu, untuk didikanmu hingga aku bisa menjadi seperti sekarang.
Sejuta do’a tak
pernah putus kupanjatkan untuk ketenanganmu disana.
Aku
mencintaimu,Bapak….Aku mencintaimu..
*Bapak, Ayah, Abi, Papa, Romo, adalah
orang yang tampak keras di luar, dia nampak tak peduli pada kita, dia tak akan
membujuk kita saat kita merajuk seperti yang sering dilakukan ibu, Tapi satu yang pasti, Bapak adalah
satu-satunya orang yang dalam keadaan apapun selalu memastikan bahwa anaknya
baik-baik saja.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
ini
kisah nyata salah satu bestie kami. Semua orang pasti mikire dia anak
yang manja, emang beneran manja sih hehehe..tapi dibalik ke-manja-annya
itu, dia lebih kuat, lebih dewasa dari yang orang-orang pikir.
*peluuukkkkk*
tulisan ini sebagai hadiah untuk memperingati 40hari kepergian ayah tercintanya :) ~~ dari Arista.
1 komen:
di balik ujian , ada berkah yang di dapat. keep smile teman-temankiuuuuuu
Posting Komentar