5 Jul 2014

Bapak, Aku Mencintaimu..



nih si Arista bakat jadi penulis beneran deh, pinter banget mendeskripsikan cerita, mpe prembem-prembem baca ceritanya... :D

 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Setetes peluh meluncur dari kening pualamku. Jakarta sore ini, masih sama seperti hari-hari berikutnya. Macet,..macet..dan macet. Kupalingkan pandanganku ke luar kaca jendela bus yang kutumpangi. Tampak pemandangan pria paruh baya sedang menggendong anak gadisnya yang masih balita,gadis cilik itu berkuncir dua,tampak riang dalam gendongan ayahnya yang juga terus merekahkan senyum. Pemandangan itu mengingatkanku pada masa kecilku.

Tanpa sadar air mataku menetes. Bapak…aku kangen sama Bapak….T_T

Bapakku yang teramat kucintai, meninggalkanku sebulan yang lalu karena penyakit komplikasi yang dideritanya. Hancur hatiku saat itu, belum sempat aku membanggakannya, belum cukup aku membalas semua jasanya padaku, tapi, bapak kesayanganku sudah lebih dulu dipanggilNya. Yaaahh…mungkin Allah lebih menyayangi Bapak dibanding aku mencintai beliau.

Sekuat hati aku mencoba ikhlas atas kepergian beliau,meski dalam hatiku aku masih sangat membutuhkannya, aku masih haus kasihnya, masih rindu segala wejangannya, rindu kebiasaannya yang mengelus lembut rambut panjangku. Bapaaakk…aku mencintai bapak lebih dari laki-laki manapun dalam hidupku.

Kuusap sekali lagi cairan bening yang meleleh di kedua pipiku, khayalanku menerawang ke kota kelahiranku, kota tercintaku, kota Jepara. Memori tentang bapakku berkelebat bagaikan film yang diputar di bioskop.
Bapakku yang biasanya gagah, bapakku yang biasanya kuat, yang selalu menggendongku sewaktu kecil dulu, kini tergeletak tak berdaya di ranjang. Air mataku tak terbendung lagi, aku bersimpuh di sampingnya, kucium tangan tua di genggamanku itu dengan berurai air mata.

“Bapak,aku pulang..”bisikku lirih, Bapak tak bisa lagi berkata-kata, dia membalas genggaman tanganku dengan lemah, cairan bening turun dari kedua belah matanya. Cahaya itu masih sama, sejuta cinta untukku, putrinya.

“Bapak, jika memang bapak pengen pergi, aku ikhlas Bapak, aku memang pengen bapak meyaksikan akad nikahku lusa, itu impian Bapak. Tapi, kalo memang bapak udah gak kuat dan pengen pergi, sepenuh hati aku sudah ikhlas, yang penting bapak gak sakit lagi. ”kataku terbata-bata di sela tangisanku. Bapak hanya tersenyum lemah. 

Innalillahi wa inna ilaihi Roji’un, 25 Mei 2014, selepas subuh, bapakku menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tak bisa kuungkapkan hancurnya hatiku saat itu, lusa adalah pernikahanku. Bapakku memimpikan hal itu setiap waktu, menikahkan anak gadisnya. Menyerahkanku pada laki-laki yang tepat, laki-laki yang akan menggantikan perannya. Tapi, sebelum keinginannya terwujud bapak telah lebih dulu dipanggil. Selamat jalan Bapak…

Dan hari itu pun tiba, pecah semua tangis sahabat-sahabatku saat ijab qobul dilaksanakan. Laki-laki saleh yang mengencaniku selama 4 tahun itu mengucapkan ijab qobul dengan lancar dan khitmat. Tanpa sadar aku berbisik kepada sahabatku.

“Bapak pasti disini kan Say, bapak pasti menyaksikan semua ini kan say? Bapak pasti sekarang sudah sangat berbahagia” ucapku dengan senyum yang merekah di bibir mungilku.

“Iya sayangku, Bapakmu disini, menyaksikan semua ini. Jangan sedih lagi, Bapak udah bahagia disana, kan sekarang kamu udah dapat gantinya, udah ada yang gantiin peran Bapakmu untuk menjagamu, Suamimu, yahh..meskipun memang gak akan pernah sama.

Aku tersadar dari lamunanku ketika kondektur meneriakkan tempat tujuanku, aku telah sampai, aku bergegas turun dari bus yang kutumpangi.

Bapak,…
Semoga Bapak bisa mendengar anakmu.

Lihat bapak, aku sekarang bahagia. Aku punya suami yang begitu sayang padaku, dia yang bisa menggantikan sosok bapak, meskipun memang Bapak gak akan pernah terganti.

Aku janji, aku akan jaga ibu dan adik dengan baik, seperti yang sering bapak katakan, aku anak tertua, jadi aku harus bisa dijadikan contoh dan bisa diandalkan.

Bapak…
Berbahagialah di sisihNya seperti aku bahagia disini, tenanglah dalam istirahat panjangmu Bapak.

Terima kasih atas semua pelajaran hidup yang Bapak berikan padaku, terima kasih untuk kasih sayangmu, untuk didikanmu hingga aku bisa menjadi seperti sekarang.

Sejuta do’a tak pernah putus kupanjatkan untuk ketenanganmu disana.
Aku mencintaimu,Bapak….Aku mencintaimu..

*Bapak, Ayah, Abi, Papa, Romo, adalah orang yang tampak keras di luar, dia nampak tak peduli pada kita, dia tak akan membujuk kita saat kita merajuk seperti yang sering dilakukan ibu, Tapi satu yang pasti, Bapak adalah satu-satunya orang yang dalam keadaan apapun selalu memastikan bahwa anaknya baik-baik saja.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
ini kisah nyata salah satu bestie kami. Semua orang pasti mikire dia anak yang manja, emang beneran manja sih hehehe..tapi dibalik ke-manja-annya itu, dia lebih kuat, lebih dewasa dari yang orang-orang pikir. *peluuukkkkk*
tulisan ini sebagai hadiah untuk memperingati 40hari kepergian ayah tercintanya :) ~~ dari Arista.

1 komen:

Unknown mengatakan...

di balik ujian , ada berkah yang di dapat. keep smile teman-temankiuuuuuu

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates